Kene Keto Bali
Kene Keto Bali
Bali adalah provinsi di Indonesia yang ibu kotanya bernama Denpasar.Bali terkenal akan keindahan alamnya dan adat istiadatnya.Di Indonesia Bali adlah destinasi wisata terpopuler dikalangan wisatawan asing.
Dikenal sebagai pulau Dewata, karena keyakinan umat hindu akan manifestasi Tuhan dalam wujud Dewa yang distnakan di sejumlah pura-pura besar di pulau Dewata Bali, beberapa diantaranya Pura Besakih, Pura Lempuyang, Pura Andakasa, Uluwatu, Tanah lot, Danau Beratan Bedugul, Batukaru, Silayukti.
Karena daya tarik pulau yang dikenal dengan sebutan Seribu Pura ini tidak hanya pada keindahan panorama alamnya saja tapi berbagai budaya, seni dan tradisi yang dimiliki Bali, menjadi suatu hal yang sangat menarik untuk diketahui.
Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.
Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya.
Kain gringsing adalah salah satu warisan budaya kuno Bali yang masih bertahan sampai saat ini.
Motif kain gringsing hanya menggunakan tiga warna yang disebut Tri Datu. Pewarna alami yang digunakan dalam pembuatan motif kain gringsing adalah ‘babakan’ (kelopak pohon) Kepundung putih yang dicampur dengan kulit akar Mengkudu sebagai warna merah, minyak buah kemiri berusia tua (± 1 tahun) yang dicampur dengan air serbuk/abu kayu sebagai warna kuning, dan pohon Taum untuk warna hitam.
Warisan budaya lokal dan tradisi ini berkembang di sejumlah tempat di Bali, sebuah kebiasaan atau tradisi yang diwariskan secara turun temurun, terus terjaga lestari sampai sekarang ini menjadi sebuah kebudayaan yang unik. Walaupun dunia sudah modern dan tradisi tersebut adalah warisan masa lampau.
Sejumlah budaya dan tradisi unik tersebut diantaranya tradisi perang pandan (mekare-kare) di Tenganan, Gebug Ende Seraya, pemakaman di Trunyan, Perang Api (ter-teran) di Jasri, Omed-omedan di Denpasar, Mekotek desa Minggu, perang ketupat di Kapal, Mesuryak desa Bongan Tabanan, Mbed-mbedan di Semate, Mebuug-buugan Jimbaran, Nyakan Diwang desa Banjar dan banyak lagi lainnya.
Salah satu desa Bali Aga yang masih mempertahankan pola hidup secara tradisional ada di kabupaten paling Timur pulau Bali, yaitu Karangasem, memiliki tradisi dan prosesi unik perang pandan yang juga dikenal dengan nama mekare-kare atau mageret pandan.
Prosesi perang pandan atau mekare-kare di Tenganan merupakan upacara persembahan untuk menghormati para leluhur dan juga Dewa Indra yang merupakan Dewa Perang, yang bertempur melawan Maya Denawa seorang raja keturunan raksasa yang sakti dan sewenag-wenang, yang melarang rakyatnya menyembah Tuhan. Keyakinan beragama di Tenganan berbeda dengan Agama Hindu lainnya di bali, tidak mengenal kasta dan meyakini Dewa Indra sebagai dewa Perang dan dewa dari segala Dewa. Untuk menhormati Dewa Indra mereka melakukan upacara perang Pandan.
Upacara perang pandan ini, memakai senjata pandan berduri yang perlambang sebuah gada yang dipakai berperang, perang berhadapan satu lawan satu dan diikuti oleh para lelaki baik itu anak-anak, dewasa maupun orang tua. Upacara perang pandan dirayakan pada bulan ke 5 kalender bali, selama 2 hari, setiap pertarungan berjalan singkat sekitar 1 menit dilakukan bergilir selama 3 jam, walaupun akhirnya mereka sampai mengeluarkan darah karena tertancap duri pandan, setelah perang usai mereka bersama-sama membantu satu dan lainnya mencabuti duri pandan dan meberi obat berupa daun sirih dan kunyit, sama sekali tidak meninggalkan kesan permusuhan.