Mengenal Kesenian Barong Bali
Mengenal Kesenian Barong Bali
Mengenal kesenian Barong Bali yang mencakup berbagai jenis barong adalah salah satu unsur terpenting dari warisan pusaka budaya Bali yang hingga kini masih dicintai, dipertahankan serta dikembangkan oleh warga masyarakat di Pulau Dewata.
Para ahli seni dan budaya di Bali meyakini bahwa kesenian Barong Bali ini berawal mula pada zaman prasejarah dan yang lahir dari budaya Totemisme, yaitu suatu kepercayaan akan adanya kekuatan magis pada binatang – binatang tertentu. Selain itu, dalam budaya barong juga terkandung unsur – unsur kepercayaan animisme yang terkait dengan adanya spirit di berbagai tempat termasuk pohon – pohon besar, di gunung -gunung, di hutan – hutan dan sebagainya.
Barong merupakan benda sakral yang sangat disucikan oleh masyarakat Hindu Bali. Topeng barong di buat dari kayu tertentu, seperti pule dan kapah, atau jepun, diyakini oleh masyarakat setempat merupakan kayu yang dihuni oleh roh – roh halus (kayu tenget). Kayu – kayu seperti ini biasanya terdapat di tempat suci, seperti pura, atau tempat – tempat angker seperti kuburan. Proses mempersatukan topeng atau muka barong dengan badannya biasa disebut ngatep, merupakan saat yang dinanti – nanti oleh masyarakat karena sejak upacara ritual ini barong mulai menjadi benda sakral dan memiliki kekuatan spiritual untuk melindungi masyarakat pemiliknya. Terkait dengan ini, pertunjukan barong (sakral) seringkali diwarnai oleh terjadinya kerawuhan (trance) sebagai pertanda adanya kekuatan magis dalam sebuah barong tersebut.
Kata barong diduga berasal dari kata sanksekerta “Barwang” yang berarti beruang, seekor binatang bertubuh besar.
Kata lain yang terkait adalah binarwang atau binarong yang berarti galak. Kedua kata ini menunjukan bahwa barong dapat dimaknai sebagai sosok yang besar dan galak. Makna ini sangat dekat dengan penampilan dan peringai barong yang berbadan besar dan wajah yang menakutkan.
Barong Ket adalah jenis barong yang paling populer atau dikenal luas di kalangan masyarakat Bali. Barong Ket adalah yang paling sering di pentaskan serta memiliki struktur koreografi formal dengan perbendaharaan gerak tari yang lengkap. Dilihat dari wujudnya, barong yang disebut barong rentet ini merupakan perpaduan antara boma dan lembu atau singa. Mukanya menyerupai boma sedangkan badannya lebih dekat ke lembu yang berekor panjang dan singa yang berbulu panjang. Badan barong ini dihiasi dengan ukiran – ukiran dibuat dari kulit, di tempeli kaca dan bulunya dibuat dari braksok atau ijok, dan adapula yang dibuat dari bulu burung gagak atau bangau putih. Demonstrasi tari barong yang lazim disebut dengan bapang barong, yang merupakan acara pembuka suatu pertunjukan drama tari, adalah salah satu bagian pertunjunkan yang ditunggu – tunggu oleh masyarakat. Untuk menarikan Barong Ket dibutuhkan 2 (dua) orang penari, yang biasa disebut dengan juru bapang, seorang memainkan bagian depan (kepala) dan yang lain memainkan bagian belakang (ekor). Lakon yang biasa dibawakan untuk pertunjukan Barong Ket adalah yang menggambarkan pertarungan antara kebajikan dan keburukan (Rwa Bhineda), seperti Calonarang. Sebagai pengiring digunakan gamelan bebarongan yang berlaras pelog.
Hingga tahun 1960-an hampir semua Barong Ket yang ada di Bali merupakan sungsungan atau benda keramat yang disucikan oleh masyarakat pemiliknya. Sebagai sungsungan, Barong Ket di semayamkan di sebuah tempat suci, pelinggih atau parerepan, dan diupacarai secara berkala, dan tidak boleh ditarikan tanpa upacara ritual yang lengkap.
Walaupun pertunjukan barong untuk wisata sudah terjadi sejak tahun 1930-an di Batubulan dan sekitarnya, namun barong yang di tarikan adalah Barong Sakral. Warga masyarakat merasa bahwa pertunjukan dengan Barong Sakral sekalipun untuk turis akan bisa menjamin adanya kekuatan taksu (kekuatan spiritual) pada setiap pertunjukan. Dengan kehadiran barong – barong sakral ini maka pertunjukan barong untuk turis selalu melibatkan sesaji – sesaji yang lengkap sesuai kepercayaan masyarakat setempat.
Sejak tahun 1964, di desa Singapadu mulai digunakan Barong Ket yang tidak sakral, yang lazim disebut sebagai Barong Petamon (barong untuk tamu). Barong ini digunakan untuk pertunjukan Barong Kuntisraya ketika Sekaa Barong Kuntisraya Banjar Sengguan Singapadu sedang dipuncak kejayaannya.
Seni bebarongan adalah kesenian tradisional Bali yang memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan spiritual, sosial , dan kultural masyarakat Bali, terus hidup secara dinamis. Di tengah – tengah arus modernisasi yang melanda Bali, masyarakat Hindu masih tetap kokoh mempertahankan kesenian ini karena mereka sangat yakin akan kekuatan spiritual barong, tarutama yang sakral dan di yakini bukan saja dapat melindungi warga masyarakat penyungsung dari berbagai mara bahaya, melainkan juga untuk mempersatukan dan mendamaikan hidup mereka.
Sumber : Dibia, I Wayan. 2018. Tari Barong Ket Dari Kebangkitan menuju Kejayaan. Denpasar : Cakra Media Utama.
May I simply say what a comfort to discover somebody who genuinely knows what they are talking about over the internet. You actually understand how to bring a problem to light and make it important. More people ought to check this out and understand this side of the story. I cant believe you arent more popular because you surely possess the gift.